16 cara efektif memberi perintah



16 CARA EFEKTIF MEMBERI PERINTAH

Jangan heran jika si kecil enggan melaksanakan perintah kita. Itu pertanda perintah kita tidak efektif. Jadi, cobalah koreksi diri.
Tak perlu marah atau jengkel bila si kecil menunjukkan sikap cuek terhadap perintah kita. Justru seharusnya orang tua mau berkaca sekaligus memperbaiki diri dari pengalaman seperti itu. "Memang bukan tidak mungkin anak akan bersikap cuek jika orang tua tidak mampu memberikan perintah efektif," ungkap Sri Razwanti Suciyati, Psi., yang akrab disapa Ade.
Di usia batita, kata psikolog dari Essa Consulting Group ini, anak mengalami fase perkembangan otonomi. Salah satu cirinya adalah ia memiliki keinginan sendiri dan merasa sanggup melakukan sesuatu yang ditandai dengan ungkapan-ungkapan khas, seperti, "Aku aja yang bikin," atau, "Pokoknya, aku mau yang itu." Nah, saat keinginan dirinya tidak sesuai dengan perintah orang tua, maka akan timbul pemberontakan berupa sikap cuek tadi.
Anak lantas mengabaikan perintah orang tua lantaran ia ingin mewujudkan keinginannya sendiri. Sikap tak acuhnya ditunjukkan dengan sikap diam seperti tak mendengar perintah, menghindar, melakukan aktivitas lain, atau justru mengalihkan perhatian orang tua dengan aktivitas yang dilakukannya.
Di satu sisi, pemberontakan ini dapat menjadi pertanda positif dari perkembangannya. Namun begitu, tetap saja orang tua harus dapat mengendalikan anaknya pada titik-titik tertentu. Ade mencontohkan, orang tua memerintahkan anaknya untuk tidak berlari-lari di pinggir kolam, tapi karena dianggap enteng, si anak jadi tidak hati-hati. Akhirnya ia terpeleset dan tercebur. Nah, di sinilah pentingnya orang tua memberi perintah efektif kepada anak. Berikut poin-poin yang mesti diperhatikan orang tua. 

1. BERI CONTOH
Anak-anak batita masih belajar berbagai hal dari lingkungannya. Ia akan terdorong mengeksplorasi lingkungannya. Tak heran jika pengetahuannya tentang lingkungan masih terbatas. Oleh karena itu, orang tua dituntut memberi contoh konkret saat memberi perintah. Contohnya, saat orang tua menyuruh anaknya mengambilkan kue, tak cukup hanya teriak, "Nak, ambilkan Ibu kue dong." Akan sangat bijak bila orang tua memberikan contoh bagaimana caranya mengambil kue yang dimaksud dari wadahnya. Setelah itu biarkan anak belajar mengambilnya. 

2. SINGKAT DAN MUDAH
Hindari penggunaan kalimat rumit maupun kata-kata yang sulit dimengerti. Ingat, di usia batita anak belum bisa memahami perintah lebih dari 3 pokok pikiran. Jika perintah itu dirasa panjang, bagilah menjadi 2 bagian. Hindari kalimat perintah, "Dek, tolong ambilkan sisir lalu berikan kepada ayah, ya." Tapi penggallah menjadi 2 kalimat perintah sederhana. "Adek tolong ambilkan sisir." Nah, setelah si kecil mengambilkan sisir, lanjutkan, "Berikan sisir ini kepada ayah, ya." Ingat, kosakata maupun kecakapan verbal batita masih relatif terbatas. 

3. UCAPKAN DENGAN JELAS
Hindari penggunaan kata-kata yang membingungkan. Contohnya, "Kalau main, jangan pakai baju itu." Mendengarnya, anak pasti akan bingung baju mana yang harus dipakai. Akan beda hasilnya jika Anda mengatakan, "Kalau mau main, ganti bajumu dengan kaos." Segera koreksi jika anak keliru melaksanakan perintah. Misalnya, saat si kecil disuruh mengambil topi tapi ia malah mengambil benda lain, katakan, "Adek, bukan itu yang Mama maksud." Sementara kalau dia mengambilkan barang yang tepat, jangan lupa memberinya pujian, semisal, "Nah ini baru betul."

4. HINDARI KATA-KATA "JANGAN" 
Kata "jangan" justru bakal membingungkan anak. Tak heran jika ia cenderung mengabaikannya. Jadi, daripada memakai kata "jangan", mengapa tidak memberikan alternatif? Kalimat "Jangan coret-coret di dinding," lebih baik diubah menjadi, "Sayang, coret-coretnya di kertas aja." Dengan begitu, selain aktivitasnya tidak terganggu, anak juga mendapat pilihan yang sama-sama bermakna. Keuntungan lain, anak belajar melaksanakan perintah tanpa paksaan yang membuatnya tidak nyaman. Ingat, kata "jangan" hanya akan membuat anak terjerat oleh berbagai perintah negatif dari orang tua.  

5. HARUS KONKRET
Artinya apa yang diperintahkan haruslah bisa dilihat dan dijangkau oleh anak. Kalau anak diminta mengambilkan benda, misalnya, maka benda tersebut haruslah berada tak jauh darinya. Jika tidak, si batita biasanya akan bingung. 

6. BERI REWARDS
Pujian akan membuat siapa pun, termasuk anak, senang melakukan perintah orang tuanya. Anak merasa dihargai atas apa yang dilakukannya. Makanya setiap kali si kecil melakukan apa yang kita perintahkan, jangan lupa mengucapkan, "Terima kasih ya, Sayang." Ungkapan terima kasih sudah merupakan pujian baginya. Yang tidak kalah penting, lewat pujian anak akan belajar menghargai orang lain. 

7. AWALI DENGAN KATA "TOLONG"
Seseorang yang memberikan perintah, menunjukkan ia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, perintah hendaknya diucapkan secara sopan, seperti diawali dengan kata "tolong". Ucapan ini secara tidak langsung juga mengajarkan anak mengenal etika/tata krama saat memerintah orang lain. 

8. SINGKIRKAN PERINTAH YANG BERAT/BERBAHAYA
Meski anak sudah bisa melakukan perintah-perintah kecil, jangan pernah menugasi anak perintah yang terlihat sepele tapi sebenarnya sangat berbahaya. Contohnya, menyuruh anak mengambil segelas air. Si batita mungkin bisa melakukan perintah tersebut, tapi pernahkah orang tua membayangkan seandainya si anak terjatuh dengan gelas di tangannya. Ingat kemampuan koordinasi anak belumlah sempurna. Kemampuan motoriknya pun belum berkembang dengan optimal. 

9. KATAKAN DENGAN LEMBUT
Perintah yang terdengar kasar, diucapkan dengan suara tinggi dan penuh kemarahan, membuat anak segan melaksanakannya. Terlebih jika saat mengucapkannya dibarengi bahasa tubuh yang tidak menyenangkan, semisal bertolak pinggang. Jadi, utamakan nada lembut dan intonasi yang tepat sehingga si kecil seolah-olah tidak sedang diperintah. 

10. BUANG SIKAP OTORITER
Biasakan untuk tidak menggunakan kalimat yang bernada otoriter atau terkesan mengharuskan. Contohnya, "Adek harus tidur siang, ya!", atau, "Pokoknya, Papa bilang kamu enggak boleh ngebantah!" Akan terasa lebih manis bila Anda menyampaikannya dengan kalimat yang mampu membuatnya mengembangkan pendapat, semisal, "Menurut Adek sebaiknya gimana?"
Selain itu, ketimbang harus setiap kali menyuruh anak melakukan ini-itu, lebih baik lemparkan pertanyaan yang membuat anak sampai pada keputusan yang harus dilakukannya. Daripada memberi perintah, "Buang bungkus permen ke tong sampah dong, Nak," akan lebih efektif jika orang tua mengarahkan dengan nada bertanya, "Ke mana bungkus permen ini harus kita buang?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan mengasah kognitif anak, selain juga memberinya kesempatan untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. 

11. LIHAT SITUASI DAN KONDISI
Jangan harap anak akan melaksanakan perintah jika ia tengah asyik beraktivitas. Jadi, kalau mau memberikan perintah, lihatlah situasi dan kondisi saat itu. Dalam hal ini, orang tua juga wajib memperhatikan hak anaknya, terutama hak untuk menemukan kesenangan lewat bermain. Ingat, anak bukanlah robot yang harus menaati semua perintah orang tuanya. Kalaupun
perintah tersebut dirasa mendesak, orang tua harus memberi jeda waktu kepada anak untuk menyelesaikan aktivitasnya. Contohnya, "Sepuluh menit lagi setelah main pasir, kamu sebaiknya mandi, kan?" 

12. BANGUN IMEJ POSITIF
Agar anak mau melakukan sesuatu, orang tua harus pandai-pandai membangun imej positif dalam diri anak. Salah satu caranya adalah melakukan perintah secara konsisten. Artinya, sekali orang tua berkata "tidak" terhadap sesuatu, maka ia harus konsisten mengatakan "tidak" hingga tidak memungkinkan bagi anak untuk melakukan tawar-menawar.
Tekankan juga sikap ini pada semua orang di rumah. Jangan sampai orang tua berkata "tidak" tapi oma-opa mengatakan "boleh". Konsistensi ini membuat wibawa orang tua tetap terjaga di mata anak, sementara anak juga akan paham aturan mana yang boleh dan mana yang tidak. 

13. BERSIKAP TEGAS 
Sikap anak yang selalu tidak peduli saat diperintah memang mengesalkan. Menghadapinya, orang tua mesti berani bersikap tegas saat mendapati anak tetap membandel meski telah diperingatkan. Semisal, sesudah tiga kali anak diminta mundur duduknya saat nonton teve, sah-sah saja orang tua menarik tubuh si kecil menjauh dari teve jika ia tak juga menurut. Jangan lupa untuk mengingatkannya kembali, "Ayah kan sudah bilang nonton teve jangan terlalu dekat karena bisa merusak mata." 

14. TINGKATKAN KEPEKAAN
Orang tua pun mesti cukup peka setiap kali anak terlihat bingung atau tak tahu harus berbuat apa. Begitu anak terlihat bengong, segera tanyakan apakah ada sesuatu yang belum dimengerti. Akan lebih baik lagi jika orang tua langsung memberikan contoh konkret. 

15. ASAH EMPATI
Agar anak mau melakukan perintah, mau tidak mau orang tua harus mengasah empati anaknya terlebih dulu. Empati yang baik mendorong anak bersedia mengulurkan tangan untuk membantu orang lain. 

16. JANGAN DISERTAI ANCAMAN
Saat memberikan perintah, orang tua hendaknya tidak menyertainya dengan ancaman. Contohnya, "Kalau kamu enggak mau nurut, Mama enggak mau sayang lagi sama Adek." Bisa dibayangkan bagaimana reaksi anak akibat takut kehilangan kasih sayang orang terdekatnya? Untuk selanjutnya ia mungkin tidak percaya diri lagi. 

Saeful Imam. Ilustrator: Pugoeh

0 komentar:

Posting Komentar

Shoutmix


ShoutMix chat widget