4 LANGKAH MENIDURKAN ANAK AKTIF
"Andi, tidur dong, Sayang. Masak enggak capek sih lompat-lompatan terus!" Sudah lebih dari dua jam, Siska meminta anaknya untuk tidur siang. Sama sekali tidak sukses. Andi memang sulit sekali jika diminta tidur. Ketimbang memejamkan mata di ranjang, ia lebih memilih berlompat-lompatan, tertawa-tawa, atau mengajak Siska bermain gulat-gulatan. Keadaan ini juga berlaku saat tidur malam. Siska sampai kehilangan akal. Menurut Neneng Tati Sumiati, Psi., Andi adalah salah satu contoh anak aktif. Yang perlu disadari, aktif bukan berarti hiperaktif. Si aktif adalah anak normal karena perilakunya masih bisa diarahkan dan dapat dikontrol. Hanya saja secara psikomotorik, ia lebih aktif ketimbang anak-anak pada umumnya; lebih sering bergerak; berlari, melompat atau merangkak. Ia pun aktif dalam artian kreatif; sering bertanya, meminta perhatian, dan sebagainya. "Se-belum dia berhasil menyelesaikan pasel misalnya, anak aktif umumnya tidak akan menyerah. Hal ini terjadi karena anak aktif punya energi lebih banyak dan lebih tahan terhadap tantangan yang dihadapi," ujar psikolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Nah, bedanya anak aktif dengan anak hiperaktif adalah anak aktif masih memiliki kemampuan untuk memberikan perhatian, fokus terhadap sesuatu yang diinginkan, punya tujuan saat melakukan sesuatu, dan dapat berkomunikasi dengan baik. "Bila anak aktif diberikan arahan, dia bisa melakukan segala sesuatu dengan baik," kata Neneng. Berbeda dengan anak hiperaktif, perilakunya cenderung tanpa arah karena tidak memiliki tujuan. Sikapnya pun ditunjuk-kan dengan tindakan destruktif, tidak bisa fokus dan mudah sekali beralih, dan sebagainya. "Hiperaktif termasuk anak dengan kebutuhan khusus dan perlu penanganan serius." AGAR ANAK MAU TIDUR Jadi, sekali lagi, anak aktif itu normal. Malah keaktifan mereka cenderung membawa manfaat. Misalnya, si aktif jadi tahu lebih banyak tentang berbagai hal karena lebih sering bereksplorasi ketimbang anak-anak lainnya. Berkat gerakan-gerakannya yang hampir tiada henti, juga membuat kemampuan motorik anak aktif lebih baik. "Menurut saya, lebih bagus anak banyak gerak karena dia akan mempelajari sesuatu lebih banyak. Sedangkan anak yang lebih sering diam, selain motoriknya kurang terlatih, juga banyak hal yang tidak dapat diketahui anak. Kepasifannya malah bisa mengganggu kreativitas anak dan inisiatifnya kelak," tandas Neneng. Nah kalau masalahnya si aktif sulit diajak diam apalagi kalau diminta harus tidur, itu disebabkan mobilitas si aktif yang lebih tinggi ketimbang anak-anak lain. Keinginan si aktif untuk selalu beraktivitas inilah yang akhirnya membuatnya sulit untuk diminta tidur, terutama tidur siang. "Setiap anak memang memiliki kebutuhan tidur yang beragam, mungkin kebutuhan tidur anak aktif lebih sedikit sehingga kita sering menemukan mereka sulit untuk diajak tidur," ungkap Neneng. Walau begitu, ia menandaskan anak batita harus memiliki istirahat yang cukup, terutama bagi mereka yang sudah bangun pagi-pagi sekali. "Istirahat terbaik kan tidur. Jadi batita memang sebaiknya tidur di siang hari." Istirahat yang kurang akan berimbas pada kondisi fisik yang akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatannya secara umum. Apalagi, anak aktif sering tidak bisa mengontrol aktivitasnya sehingga mungkin saja dia sebenarnya sangat lelah namun tetap memaksakan diri untuk bermain. Tetapi perlu diingat, jangan sekali-kali anak dipaksa untuk tidur dengan berbagai ancaman. Meskipun anak akhirnya mau melakukannya namun hal ini bukan karena kesadarannya melainkan keterpaksaan. Berikut beberapa hal yang lebih disarankan Neneng untuk membuat si kecil bersedia tidur: 1. Bikin jadwal kegiatan Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat jadwal kegiatan anak dalam satu hari. Jadwal ini bisa dijadikan sebagai patokan kapan anak harus bangun, mandi, makan, tidur siang, hingga rutinitas malam hari. Awalnya bisa jadi jadwal tersebut sulit diterapkan. Namun setidaknya dengan jadwal yang sudah tersusun, si kecil jadi terbiasa melakukan aktivitas teratur. Jadi cobalah mematuhi jadwal agar ia terbiasa. Bila anak sudah bisa menyesuaikan diri, mudah bagi kita untuk memintanya tidur. Sebaliknya, tanpa jadwal anak akan terbiasa bebas melakukan apa saja dan kapan saja. "Mungkin saja nantinya bukan orang tua yang mengendalikan anak malah anak yang mengendalikan rutinitas hariannya, juga mengendalikan orang tuanya." Jadi mumpung si batita masih mudah untuk diarahkan, buatlah jadwal kesehariannya sedini mungkin. Namun perlu diingat, orang tua perlu menyisipkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan di dalam rutinitas si kecil agar ia tidak merasa tertekan. Jadwal pun harus fleksibel dan tidak kaku. Misalnya, saat ada saudara berkunjung, si kecil bisa saja tak perlu mengikuti jadwal tidur siangnya agar dapat bermain dengan saudaranya. 2. Rancanglah aktivitas tidur yang menyenangkan Umpamanya dengan meletakkan mainan favoritnya atau barang-barang yang disukai anak, seperti bantal, guling dan lainnya di atas tempat tidur. Cara lain, coba dongengkan cerita yang disukai anak. Pilihkan cerita yang bersifat mendidik agar ia bisa memetik hal positif dari dongeng yang diberikan. Mengatur tempo suara pun sangat baik dilakukan. Misalnya, di awal cerita suara kita terdengar cukup keras. Seiring dengan berjalannya dongeng, suara perlahan dikecilkan. Ketika anak terlihat sudah mau memejamkan mata. lirihkan suara dan buat seakan-akan suara menghilang secara perlahan. Bila memang diperlukan atau anak memintanya, buatlah semacam "upacara" sebelum tidur. Misalnya, setiap mau tidur, ia mesti dibacakan cerita, mengucapkan selamat tidur bagi para bonekanya dan lainnya. Intinya, apa pun ritual yang diinginkan, cobalah dipenuhi, termasuk saat ia ingin melakukan permainan seperti gulat, smack down, dan sejenisnya sebelum tidur. "Namun jangan sampai keterusan hingga anak lupa tidur tetapi batasi dan minta anak untuk segera tidur," ujar Neneng. 3. Ciptakan suasana nyaman Kamar yang nyaman dan menyenangkan bisa diciptakan dengan berbagai cara. Salah satunya menghias kamar dengan gambar-gambar dan mainan yang disukai. Suasana yang menye-nangkan akan mendorong anak untuk betah berada di dalam kamar. Namun, hindari hiasan-hiasan yang terlalu ramai karena akan membuatnya tergerak untuk memainkan. "Suasana tenang, lampu redup terkadang sangat diperlukan untuk membuat anak lebih mudah tidur," kata Neneng. Tak hanya itu, perilaku orang tua terkadang dibutuhkan agar si kecil cepat terlelap. Seperti, berpura-pura memejamkan mata, tidak berbicara, tidak banyak bergerak, dan sebagainya. Dengan melihat orang tuanya "sudah tidur" bisa memicu anak untuk melakukan hal serupa. Jadi jangan malah membuat konsentrasi anak untuk tidur buyar, dengan menghidupkan teve misalnya. "Di teve kan banyak sekali hal menarik sehingga anak tertarik untuk melihatnya. Bila demikian, sulit baginya untuk memejamkan mata." 4. Alunkan musik penenang Sebagai alternatif agar si kecil mau memejamkan mata, coba iringi tidurnya dengan suara-suara syahdu. Seperti dengan memperdengarkan alunan musik klasik, atau rekaman-rekaman suara yang mene-nangkan, seperti air terjun, ombak, dan lainnya. Dari hasil penelitian, suara-suara yang menenangkan akan membuat anak merasa lebih nyaman. Dalam kondisi ini anak akan lebih mudah untuk diajak tidur. JIKA TIDAK BERHASIL Namun perlu disadari juga, mungkin saja segala daya upaya orang tua untuk membuat si aktif tidur siang, tidak berhasil. Menurut Neneng, tak perlu ter-lalu mengkhawatirkan hal ini. Karena sebenarnya dengan hanya beraktivitas tenang di atas tempat tidur; dengan mendengar-kan dongeng atau memainkan bonekanya ini sama saja sudah membuatnya beristirahat. "Tidur siang memang sangat penting diterapkan pada anak. Namun bila pada kenyataannya orang tua malah mengalami kesulitan saat mengajak anak tidur di malam hari, boleh saja kita mengorbankan waktu tidur siangnya." Nah, di malam harinya, ketika tenaganya terkuras, anak akan lebih mudah untuk tidur. Irfan Hasuki. Foto: Iman/NAKITA |
0 komentar:
Posting Komentar